Oleh : Hartini, S.Pd
Selama pandemi banyak perubahan yang terjadi dalam pendidikan Indonesia, bahkan seluruh dunia. Proses perubahan pembelajaran dari tatap muka biasa ke pembelajaran daring memunculkan beragam tantangan bagi siswa, orang tua, dan guru. Seluruh elemen pendidikan diharuskan untuk beradaptasi dengan situasi yang baru, mulai dari metode pembelajaran, teknologi yang digunakan, sampai rancangan belajar yang disesuaikan dengan kondisi pandemi.
Sayangnya, tidak semua orang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan pendidikan di masa pandemi. Dan setiap siswa tidak bisa menyikapi situasi tersebut, mayoritas penduduk pedesaan pola pikir siswa beranggapan bahwa masa pandemi itu adalah libur sekolah, merdeka belajar dianggap merdeka tidak belajar ( istilah jawanya sinau oleh, ora yo oleh).
Selain faktor ekonomi, banyak orang tua yang tidak melihat peran sekolah ketika proses belajar mengajar tidak dilakukan secara langsung. Ketika belajar di rumah, guru tidak bisa mendampingi siswa secara penuh. Materi, tugas, dan ujian diberikan secara daring sehingga guru tidak dapat melihat langsung proses perkembangan belajar siswanya. Pada masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi tentang pendidikan akan meminta dan mengejar guru untuk dapat menyampaikan materi semaksimal mungkin meskipun lewat daring. Namun sebaliknya malah ada yang ironis, dimana ada guru yang menerpakan pembelajaran PJJ dengan pemanfaatan fasilitas online, memberikan materi dan tugas dengan tujuan siswa setiap hari tetap belajar meski dari rumah lewat jejaring justru di tentang dengan dalih sangat membebani anak.
PJJ yang dilakukan selama pandemi berpotensi menimbulkan kemanjaan pada anak. Tanpa sekolah, banyak anak yang terjebak dalam situasi dimana peserta didik meminta bimbingan belajar pada orang tua, sedangkan orang tua yang sibuk, langkah yang diambil hanya mencari jalan pintas saja dengan cara mengerjakan pekerjaan anaknya, alhasil yang sekolah bukan anak namun orang tua. Karena proses pendampingan sekolah tidak berjalan secara langsung. Perilaku demikian yang akhirnya menjadikan siswa tergantung dari orang tua.
Berbagai permasalahan dan perubahan menyebabkan terganggunya pendidikan siswa, dan berakhir pada munculnya learning loss. Siswa mengalami kemunduran kemampuan dalam proses belajar dan memahami informasi. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran utama Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia, Nadiem Makarim, selama pembelajaran di masa pandemi. Beliau menyebutkan bahwa PTM harus segera dilaksanakan agar siswa tidak mengalami learning loss.
Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Namun selama pandemi, berbagai perubahan dalam pendidikan justru mengakibatkan turunnya capaian belajar siswa. Di masa-masa sulit ini, tujuan utama pendidikan bukan hanya ketuntasan kurikulum, tapi juga menjaga kesehatan dan keselamatan seluruh elemen pendidikan.
Pandemi COVID-19 menimbulkan berbagai dampak negatif yang mengarah pada learning loss. Siswa kehilangan kesempatan belajar sebagaimana mestinya, dalam hal ini hak mereka untuk mendapatkan pembelajaran tidak bisa terpenuhi secara maksimal.
Jika siswa terus-terusan berada di luar sekolah, mereka tidak akan bisa mendapatkan dukungan ke akses pendidikan. Bagi siswa, sekolah bukan hanya tempat untuk belajar tapi juga lingkungan yang mendukung mereka untuk meningkatkan berbagai kemampuan, mendapatkan kesempatan untuk berkembang, dan bersosialisasi. Karena itulah, sekolah kembali dibuka agar siswa tidak mengalami kemunduran dalam proses belajar (learning loss).
Mengingat pandemi COVID-19 yang belum usai, pemerintah berusaha agar siswa tetap bisa bersekolah dengan kondisi yang aman dan nyaman. Dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, sekolah diharapkan bisa memberikan lingkungan belajar yang lebih aman bagi siswa.
Sebagai solusi dalam mengatasi learning loss, setiap elemen pendidikan harus saling memastikan, bahwa siswa mendapatkan hak belajarnya dengan aman dan sehat selama PTM. Dukungan orang tua dan masyarakat dalam mengembalikan learning loss pada peserta didik.
Salah satu penyebab dari learning loss pada peserta didik adalah disiplin diri.
Disiplin merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan sebuah karakter yang dimiliki seorang anak, agar mereka mampu untuk lebih bertanggung jawab, hal ini tentunya bisa membuat anak lebih teratur dan terarah serta dapat menjadikan anak lebih meningkatkan rasa tanggung jawab pada dirinya, serta diharapkan mampu tercapai dan diterapkan secara optimal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya). Dalam pengertian disiplin tersebut, 2 kata kunci dari definisi tersebut yaitu taat (patuh) dan aturan (tata tertib). Hal ini dapat dimaknai bahwa, disiplin tumbuh dari sikap patuh dalam diri seseorang untuk mengikuti aturan yang telah dibuat untuk diri maupun lingkungan sekitarnya.
Disiplin belajar merupakan bentuk kesadaran diri untuk mengendalikan dirinya. Disiplin belajar berfungsi sebagai pengendali diri yang berada pada diri orang tersebut sehingga belajar akan penuh kesadaran dan tanpa paksaan. Karena untuk mampu disiplin dalam belajar memerlukan suatu perenungan untuk terus bertanya pada diri mengapa saya harus belajar hingga orang tersebut memperoleh suatu alasan yang mendalam dan memuat spiritualitas, emosi dan kognitif mengapa harus belajar.
Rasa Empati mempengaruhi kedisiplinan peserta didik, karena empati akan memberikan kesadaran keberadaan peserta didik pada lembaga/pelajarannya.
Jika kecintaan peserta didik semakin baik terhadap pelajaran, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula. Perasaan dinama ikut merasakan apa yang dirasakan orang lain. Akan menimbulkan rasa “ bagaimana jika aku diposisinya”.
Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan peserta didik, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya benar dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian pengakuan atau hukuman akan merangsang terciptanya kedisiplinan peserta didik yang baik.
Ketegasan Guru dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplinan peserta didik di sebuah Lembaga pendidikan. Guru harus berani dan tegas, bertindak untuk mendidik setiap peserta didik yang indisipliner. Dengan demikian, guru akan dapat memelihara kedisiplinan peserta didik dalam Lembaga Pendidikan tersebut.
Hubungan yang harmonis di antara sesama peserta didik ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu lembaga. Hubungan-hubungan baik guru dengan siswa, guru dengan guru, guru dengan orang tua/wali murid, siswa dengan siswa hendaknya harmonis. Guru harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun horizontal diantara semua peserta didik. Terciptanya hubungan yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana belajar yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang baik pada lembaga. Jadi, kedisiplinan peserta didik akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam lembaga tersebut baik. Orang tua jangan menjustice guru dan Lembaga atas semua tanggung jawab penerapan disiplin peserta didik, karena faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku peserta didik.
Upaya–upaya pengembangan disiplin yang dapat dilakukan orang tua/wali murid dirumah untuk mengatasi learning loss diantaranya adalah :
• Mengembangkan pendidikan penyadaran. Peserta didik disadarkan tentang peranan, tugas, serta tanggungjawabnya sebagai pribadi yang harus menjalani kehidupannya. Dengan disiplin hidup akan jauh lebih teratur dan terarah.
• Mengembangkan pemahaman yang berkaitan dengan manfaat disiplin bagi kehidupan pribadi serta manfaatnya untuk orang lain.
• Latihan pembiasaan, sekecil apapun sebuah kegiatan positif, jika di lakukan secara terus menurus akan menuai disiplin hidup.
• Mengembangkan modeling atau contoh tokoh (orang yang dapat dijadikan panutan), sehingga lebih memacu minat peserta didik/masyarakat untuk melaksanakan disiplin. Sedangkan tokoh/modeling di dalam rumah adalah orang tua.
• Membangun karakter/kepribadian, dalam hal ini adalah dengan membangkitkan sikap percaya diri dalam diri seseorang agar lebih paham tentang dirinya sendiri.
Disiplin diri, Kemanjaan dan ketergantungan anak terhadap gawai dan orang tua, sehingga selama pandemi sangat mengubah perilaku anak dalam bersosialisasi dengan teman dan lingkungan, jika di lingkup rumah anak di posisikan selalu benar dan orang tua mengalah. Ini berakibat saat anak berinteraksi dengan teman dan lingkungan apapun yang dilakukan harus sesuai dengan kehendaknya. Tanpa memikirkan rasa empati sedikitpun. Karena dirumah semua mengalah tanpa ada pelurusan perilaku salah pada si anak. Dan tidak ada konsekuensi yang diterapkan pada anak saat melakukan kesalahan dirumah.
Disiplin terhadap pemanfaatan waktu, Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh peserta didik adalah banyak peserta didik yang mengeluh kekuragan waktu untuk belajarnya atau tugas guru terlalu banyak tetapi mereka sebenarnya kurang memiliki keteraturan dan disiplin untuk mempergunakan waktu secara efisien.
Keterampilan mengatur waktu merupakan suatu keterampilan yang sangat penting, bahkan The Liang Gie dalam Rahmawati (2016: 2) yang juga seorang ahli keterampilan studi berpendapat bahwa salah satu hal yang terpenting dalam masa studi maupun seluruh kehidupan seorang individu yang dalam peserta didik adalah keterampilan mengelola waktu dan menggunakannya secara efisien.
Dalam proses balajar mengajar, disiplin terhadap tata tertib sangat penting untuk diterapkan, karena apabila di suatu lembaga tidak memiliki tata tertib maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa ”peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur prilaku yang diharapkan terjadi pada diri peserta didik” (Arikunto, 1993: 122.).
Antara peraturan dan tata tertib merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai pembentukan disiplin peserta didik dalam mentaati peraturan di dalam kelas maupun diluar kelas.
Jika ada Hubungan yang sinergis, dukungan penuh dari orang tua dan masyarakat terhadap guru maupun Lembaga Pendidikan, dalam menerapkakn disiplin diri, disiplin belajar terhadap peserta didik maka tantangan learning loss tidak akan seberat memindahkan ibu kota.
Komentar